BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan yang sering dijumpai di Rumah Sakit
maupun di masyarakat terutama pada penyakit sistem pencernaan diantaranya
“DISPEPSIA”
Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan
bahwa 515.30% yang mencari pertolongan medis. Insiden dispepsia. Di Inggris dan
Skandivia dilaporkan angka prevalensinya berkisar 7-4%. Tetapi hanya 10-20%
yang mencari pertolongan medis. Insiden dispepsia pertahun diperkirakan antara
1-8% (Suryono S. et all. 2001 hal 15A)
Di Negara barat prevalensi yang dilaporkan antara 23
dan 41 %, sekitar 4 % penderitaan berkunjung ke dokter umumnya mempunyai
keluhan dispepsia. Didaerah Asia Pasifik dispepsia juga merupakan keluhan yang
banyak dijumpai (Kusmobroto H 2003)
Berdasarkan penyakit tersebut maka penulis tertarik
untuk mengangkat kasus dispepsia sebagai sebuah laporan dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN DISPEPSIA DIRUANG PERAWATAN RS.
BHAYANGKARA TK IV POLDA RIAU”.
D. Ruang Lingkup
Dalam penulisan Tugas akhir ini penulis membatasi masalah Asuhan
Keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa
medis Dispepsia di ruang perawatan RS, BHAYANGKARA TK IV POLDA
RIAU.
B. Tujuan Penulisan
A. Tujuan umum
Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien Ny. W dengan Diagnosa medis
Dispepsia melalui pendekatan proses perawatan
B. Tujuan khusus
Adapun penulisan tugas akhir ini adalah sebgai berikut:
Mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan Diagnosa medis Dispepsia
Mampu membuat Diagnosa keperawatan menurut prioritas
pada pasien dengan dispepsia
Mampu membuat rencana askep pada pasien Ny. S dengan Diagnosa medis
Dispepsia Mampu menerapkan tindakan keperawatan pada
pasien Ny. S dengan dispepsia.
Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah di
laksanakan sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan
BAB II
LANDASAN
TEORI
DEFINISI
Dispepsia
merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain,
perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), kembung, perut terasa penuh,
cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya
(Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)
Dispepsia
merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan
refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi
III, 2000 hal : 488).
Dispepsia merupakan rasa tidak enak pada
daerah epigastrium yang sering berhubungan dengan makanan, gejalanya seperti
ulkus tapi pada pemeriksaan tidak ditemukan ulkus (E Mudjadid dalam Ilmu
Penynkit Dalam “IPD” jilid II edisi III Balai Penerbit FKUI Jakarta 2001).
II.ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung
atau penyakit acid reflux. Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam
lambung terdorong ke atas menuju esofagus. Hal ini menyebabkan nyeri di dada.
Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan
dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab
dispepsia secara rinci adalah:
Menelan udara (aerofagi)
Regurgitasi(alir balik, refluks)
asam dari lambung
Iritasi lambung (gastritis)
Ulkus gastrikum atau ulkus
duodenalis
Kanker lambung
Peradangan kandung empedu
(kolesistitis)
Intoleransi laktosa (ketidakmampuan
mencerna susu dan produknya)
Kelainan gerakan usus
Stress psikologis, kecemasan, atau
depresi
Infeksi Helicobacter pylory
III.KALSIFIKASI
Dispepsia organik, bila telah
diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.
Dispepsia non organik, atau
dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas
penyebabnya.
IV.PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan
yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi
kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara
dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan
produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung,
sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake
tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
V. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri perut
Rasa perih di
ulu hati
Mual,
kadang-kadang sampai muntah
Nafsu makan
berkurang
Rasa lekas
kenyang
Perut kembung
Rasa panas di
dada dan perut
Regurgitasi
(keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
VI. PEMERIKSAAN
FISIK
Pemeriksaan fisik yang akurat dan
apabila diperlukan dapat dilakukan untuk menyingkirkan Muntah-muntah hebat
Demam
Hematemesis
Anemia
Ikterus
Penurunan berat badan yang bermakna
berbagai
macam kemungkinan dan penyebab dispepsia. Perlu diwaspadai adanya tanda-tanda
pada dispepsia seperti :
VII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIG PENUNJANG
Berbagai macam penyakit dapat
menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh
karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran
pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya,
maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga
perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan
penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan
lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas
normal.
Radiologis
Pemeriksaan
radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan.
Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan
bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
Endoskopi
(Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan
definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau
sangat tidak spesifik.
USG
(ultrasonografi)
Merupakan
diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk
membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak
menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien
yang beratpun dapat dimanfaatkan
Waktu
Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan
dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia fungsional
terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.
VIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Non Farmakologi
Menghindari makanan yang dapat
meningkatkan asam lambung
Menghindari faktor resiko sepeti
alcohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang belebihan, nikotin rokok, dan
stress
Atur pola makan
Penatalaksanaan Farmakologi yaitu
Sampai saat ini belum ada regimen
pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini
dapat dimengerti karena proses patofisiologinya pun masih belum jelas
Obat-obatan yang diberikan meliputi
antasid (meetralkan asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat
pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah)
IX. KOMPLIKASI
Penderita dispepsia menahun dapat memicu terjadinya
komplikasi seperti :
Ulkus peptikum
Pendarahan saluran cerna
Kanker lambung
Anemia
Penurunan berat badan dramatis
BAB III
TINJAUAN
KASUS
1. Pengkajian
Data umum / identitas pasien : Nama,
umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, status,alamat dll
Keluhan utama : keluhan yang
dirasakan pasien adanya rasa nyeri perut, rasa pedih di hulu hati, mual
kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang,perut kemung, rasa panas didada dan
perut dll.
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehata dahulu : ada atau
tidaknya pasien mengalami penyakit seperti hipertensi, ginjal, anoreksia, dll
Riwayat kesehatan sekarang : adanya
nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan
berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut,
regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tiba-tiba).
Riwayat kesehatan keluarga: ada atau
tidaknya
Periksaan fisik
Ttv: td, nadi, pernafasan , suhu
Rambut dan kepala :bentuk rambut,
bentuk kulit kepala
Mata : penglihatan, konjungtiva,
pupil
Hidung : polip, keadaan hidung
Mulut dan gigi :keadaan gigi, lidah,
rongga, tonsil
Telinga :bentuk, keadaan pendengaran
Leher
Dada/torax: bentuk, paru-paru,
jantung
Abdomen
Kulit : turgor
Ektremitas atas dan bawah
Personal hygiene
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan dispepsia antara lain :
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Perubuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia.
Perubahan keseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah
Ansietas berhubungan dengan
perubahan status kesehatannya
3. INTERVENSI
Rencana keperawatan adalah
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menngulangi masalah
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.
Gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatn selama 2x24 jam diharapkan terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria hasil :
ü
klien
melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri
ü
klien tampak rileks
Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala
0 – 10)
Rasional : Berguna dalam pengawasan
kefektifan obat, kemajuan penyembuhan
Berikan istirahat dengan posisi
semifowler
Rasional : Dengan posisi semi-fowler
dapat menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang
Anjurkan klien untuk menghindari
makanan yang dapat meningkatkan kerja asam lambung
Rasional : dapat menghilangkan nyeri
akut/hebat dan menurunkan aktivitas peristaltik
Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi
Rasional : Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgesic
Rasional : Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi
lain
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual muntah
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan
individu, dengan kriteria hasil :
ü
Klien menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
ü
Nafsu makan meningkat
ü
Mual muntah berkurang
Pantau dan
dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat
Rasional : Untuk mengidentifikasi
indikasi/perkembangan dari hasil yang diharapkan
Timbang BB
klien
Rasional : Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat
Berikan makanan
sedikit tapi sering
Rasional : meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster
Kaji pola diet
klien yang disukai/tidak disukai.
Rasional :
Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.
Monitor intake
dan output secara periodik.
Rasional
: Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan
Perubahan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan status cairan dan
elektrolit klien dalam keadaan normal, dengan
kriteria hasil:
ü
mempertahankan/menunjukkan
perubaan keseimbangan cairan, dibuktikan stabil.
ü
membran mukosa
lembab.
ü
turgor kulit
baik.
Awasi tekanan darah dan nadi,
pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor kulit
Rasional : Indikator keadekuatan
volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
Awasi jumlah dan tipe masukan
cairan, ukur haluaran urine dengan akurat
Rasional : Klien tidak mengkomsumsi
cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan
kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit
Diskusikan strategi untuk
menghentikan muntah dan penggunaan laksatif/diuretic
Rasional : Membantu klien menerima
perasaan bahwa akibat muntah dan atau penggunaan laksatif/diuretik mencegah
kehilangan cairan lanjut
Berikan/awasi hiperalimentasi IV
Rasional : Tindakan daruat untuk
memperbaiki ketidak seimbangan cairan elektrolit
Ansietas
berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan kecemasan,
dengan kriteria hasil klien menyatakan
pemahaman tentang penyakitnya.
Kaji tingkat kecemasan
Rasional :
Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh klien sehingga
memudahkan dlam tindakan selanjutnya
Berikan dorongan dan berikan waktu
untuk mengungkapkan pikiran dan dengarkan semua keluhannya
Rasional :
Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman dalam segala hal
tundakan yang diberikan
Jelaskan semua
prosedur dan pengobatan
Rasional :
Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau bekejasama dalam
perawatannya.
Berikan
dorongan spiritual
Rasional :
Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan penyakitnya,
masih ada yang berkuasa menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
4. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses
keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau
tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan
dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan
intervensi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kami akan membandingkan
beberapa kesenjangan antara tinjauan teoritis dispepsia yang penulis temukan
pada Ny. S selama dinas di RS. Bhayangkara Tingkat IV Polda Riau.
A. Pengkajian
Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya
penulis melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan menerapkan proses keperawatan
dimana pengkajian dilaksanakan pada hari pertama pengambilan kasus. Untuk
mendapatkan data yang menunjang baik secara objektif maupun subyektif, kami
melakukan wawancara dengan klien dan keluarga, pemeriksaan fisik, mempelajari
catatan keperawatan, catatan medis dan hasil pemeriksaan penunjang pada saat
dilakukan pengkajian penulis menemukan adanya kesenjangan atau perbedaan antara
tinjauan teori dengan kasus yang ada. Pada pengkajian klien dengan dispepsia
yang kami temukan yaitu nyeri epigastrium, tidak nafsu makan, mual, muntah, dan
berat badan menurun. Sedangkan menurut teori yang dilaksanakan tidak jauh
berbeda dengan manifestasi klinis. Kesenjangan/perbedaan ini dikarenakan
menurut manifestasi kliis pada kasus adalah klien tampak pucat dengan penyakit
yang dideritanya dan klien juga tampak meringis juga terpasang infus di lengan
kir
B. Diagnosa Keperawatan
Secara umum diagnosa yang timbul pada kasus dispepsia
yanng ditemukan adalah :
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
Perubahan keseimbangn cairan dan
elektrolit berhubungan dengan adanya muntah.
Ansietas berhubungan dengan
perubahan status kesehatannya.
Sedangkan diagnosa yang timbul pada
Ny. S adalah :
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
Resiko perubahan keseimbangn cairan
dan elektrolit berhubungan dengan adanya muntah.
Kasus yang dialami Ny, S pada
diagnosa yang ke-3 hanya terjadi resiko belum terjadi perubahan keseimbangan
cairan dan elektrolit.
C.
Intervensi
Keperawatan
Pada perencanaan tindakan
keperawatan pada Ny. S menggunakan prioritas masalah dengan mempertimbangkan
dasar-dasar kebutuhan manusia untuk menyelesaikan 3 diagnosa yang di tegakan.
Dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan kami berusaha menjalankannya secara
sistematis, berkesinambungan dan efisien. kami juga berusaha agar perencanaan
ini dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dibuat sesuai dengan
prioritas masalah dan dapat mengatasi diagnosa keperawatan yang ditetapkan.
D. Implementasi
Dalam tahap implementasi, penulis
bekerjasama dengankeluarga klien, perawat ruangan dan tim kesehatan .sesuai
prioritas masalah dan kondisi klien.
Intervensi yang dilakukan pada
diagnosa gangguan rasanyaman nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
adalah mengkaji tingkat nyeri, memberikan istirahat dengan posisi semi fowler,
menganjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja asam
lambung, mengajarkan dan menganjurkan teknik relaksasi, mengkolaborasikan
dengan dokter dalam pemberian analgetik.
Pada diagnosa perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,muntah adalah
memantau dan mendokumentasikan haluaran, menimbang beret badan klien,
menganjurkan makanan sedikit tapi sering, mengkaji pola diet yang disukai/tidak
disukai klien, memonitor intake dan output makanan secara periodik.
Pada diagnosa resiko perubahan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah mengobservasi tanda-tanda vital,
mengawasi jumlah dan
tipe cairan dan haluaran urine
dengan tepat, mendiskusikan strategi untuk menghentikan muntah.
E.
Evaluasi
Dalam
melaksanakan evaluasi proses dan evaluasi hasil pada klien dilaksanakan pada
saat sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan. Keperawatan mengenai reaksi
klien dan evaluasi hasil berdasarkan tujuan yang ditetapkan pada evaluasi ini
penulis melakukan penilaian asuhan yang diberikan dari tanggal 11 – 14 februari
2012.
Keberhasilan
tindakan keperawatan dilakukan secara subjektif melalui ungkapan klien dan
secara objektif melalui pengamatan dan pengukuran dari tiga diagnosa seluruhnya
teratasi sebagian teratasi sebagian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Setelah penulis memberikan asuhan
keperawatan langsung pada Ny. S di Ruang perawatan di RS. BHAYANGKARA TK IV
POLDA RIAU dari tanggal 11 februari sampai dengan tanggal 14 februari 2012,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
o
Dalam melakanakan asuhan keperawatan
penulis menggunakanpendekatan proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian
sampai evaluasi. Data-data tersebut digunakan untuk menyusun diagnosa
keperawatan.
2.Dalam menentukan diagnosa
keperawatan penulis berfokus pada data-data sebagai hasil pengkajian
berdasarkan masalah aktual, masalah risiko tinggi yang penulisannya berdasarkan
prioritas kebutuhan dasar manusia menurut Maslow.
3.Dengan melaksanakan asuhan
keperawatan secara komprehensif maka seluruh permasalahan yagn dihadapi klien
dapat teratasi sebagian ataupun seluruhnya.
4.Ternyata pada klien dispepsia
penyembuhannya sangat berpengaruh pada sikap perawat yang empati danmenerapkan
komunikasi theraphy, di samping pemberian obat-obatan.
5.Dengan adanya seminar ini, para
perawat dapat mengambil manfaat yaitu menambah pengetahuan tentang proses
asuhan keperawatan klien asma.
SARAN
o
Untuk Klien
Diharapkan setelah diberikan
pendidikan kesehatan, klien dapat mengerti dan memahami pengertian perawatan
dan pencegahan asma sehingga dapat terhidnar dari syndome dispesia.
o
Untuk Perawat
Hendaknya para perawat RS.
BHAYANGKARA TK IV POLDA RIAU dapat lebih meningkatkan kinerja dengan mengacu
kepada standar operasional prosedur yang ditetapkan oleh rumah sakit. Serta
perawat juga hendaknya setiap klien yang baru masuk rumah sakit segera
diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit yang diderita agar klien
dankeluarga tidak cemas terhadap penyakitnya dan menambah pengetahuan.
o
Untuk Mahasiswa
Diharapkan setelah menjalani dinas
di RS. BHAYANGKARA TINGKAT IV POLDA RIAU dapat memahami dan mampu untuk
menjalankan ilmu praktek keperawatan medikal bedah untuk klien dengan
dispepsia atau pun dengan penyakit lain yang diterapkan dengan landasan teori yang
baik.
Selain itu apabila ada kesalahan dan
kekurangan dalam pembuatan dan penuliasan makalah ini harap dimaklumi, hal ini
karena kami masih dalam tahap balajar dan keterbatasan kemampuan yang kami
miliki. Oleh karana itu kami meminta masukan kepada semua pihak demi
kesempurnaan pembuatan makalah di masa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar